Selasa, 18 Juni 2013

just write 2

Pagi telah membangunkan ku dari kesedihan tadi malam. Tadi malam adalah malam minggu, ku fikir malam itu akan indah karna akan ku lewati bersama teman – temanku semasa SMA tapi ternyata huftt... Kami biasa tetap berkumpul pada hari sabtu malam minggu jika jadwal kami berbarengan libur dan free. Malam sekitar jam tujuh, aku sudah siap dan langsung menjemput temanku. Tak lupa berpamitan kepada orangtua. Sebut saja temanku dengan panggilan Wahyuni, karena itu memang namanya. Rumah kami dekat tidak butuh waktu lama. Hanya lima menit aku sampai di depan rumahnya, kami pun berpamitan kepada orangtua Wahyuni. Kami mengendarai motor sendiri – sendiri takut teman yang kami susul akan ikut. Kami juga menjemput Ika, namun sayang dia tidak bisa ikut karna harus mengurus baby nya yang baru menginjak empat bulan. Kami senang sahabat kami mempunyai anak, lucu banget walaupun dengan cerita awal yang mengemparkan. Sudah lah, tak usah di bahas… Pergilah kami berdua menjemput teman kami yang lain, mereka adalah Wati dan Titi. Rumah mereka berdua cukup jauh dari rumah ku dan Wahyuni. Tetapi arah rumah mereka sama dengan arah waktu kami sekolah. Sekolah SMA ku terlihat jauh lebih baik dari waktu terdahulu. Woooww… terlihat lebih Ekslusif dan berkredibillitas. Yach, waktu Zaman ku dahulu tak seperti itu. Bisa di bayangkan lah betapa terkejutnya aku dan Wahyuni, kami sempat berhenti di depan sekolahan dan berargumen tentang tempo dulu. Terlihat bodoh, tentunya dilihat orang yang lalu lalang, namun kami rindu saat memakai seragam kebangsaan putih dan abu – abu. Dimana ada guru yang selalu membekas dalam hati, Mr. Suharto adalah guru bahasa inggris yang hebat bagi saya. Namanya hebat seperti mantan presiden RI. Aku masih ingat ciri – ciri Mr. Suharto. Selalu memakai batik yang licin sekali dan Mr. Suharto adalah guru terwangi yang aku pernah temui seumur hidupku. Sepatunya licin, pakaiannya bersih, rapih, rambutnya licin, wanginya tidak pernah ketinggalan, berkumis tebal. Dan sangat care kepada siswa dan siswinya. Aku ingat saat sebelum Uts pagi-pagi sekitar setengah enam pagi kami telah berkumpul di ruangan laboratorium dan kemudian Mr. mengajarkan kami bahasa Inggris padahal pelajaran bahasa Inggris akan di Uts kan jam setengah delapan pagi. O..iya sampai lupa. Mr.Suharto mencintai angkot..hahaha mungkin kalau ada pemilihan guru terkeren aku pasti akan mengajukan Mr. Suharto. Dia tidak pernah naik motor atau mobil pribadi, katanya “enakkan naik angkot bisa ngobrol sama banyak orang”. O, iya adalagi waktu aku mendaftar di sebuah sekolah tinggi milik pemerintah di bagian transportasi, Mr. Suharto memberikan bimbingan bahasa Inggris cuma – cuma. Tetapi kami tetap memberikan buah tangan kepadanya, namun lucunya buah tangan itulah yang disuguhkan Mr untuk kami. Padahal yang ikut les itu ada sekitar sepuluh orang perkelas dan Mr. Suharto mengajar sampai lima kelasan gitu dan lucunya lagi yang menentukan les itu kami sendiri. Kata Mr “kalo mo masuk perguruan tinggi Negara atau sekolah tertentu harus semangat”. Jujur saja Mr. Suharto orang yang ,mengerti akan kemampuan bahasa Inggris ku yang minim. Dan saat aku tidak diterima disekolahan tinggi transportasi orang yang langsung aku kabarkan adalah Mr. Suharto. Jujur sedih saat aku gagal masuk, mungkin Tuhan punya rencana lain. Aku kirim pesan singkat kepada Mr bahwa aku gagal dan meminta maaf padanya. Tak lama kemudian Mr langsung menelfon ku dan menguatkan aku. Katanya “setidaknya kamu sudah mencobanya, bayangkan kamu bertarung dengan ribuan orang untuk masuk kesana dan mungkin tempatmu bukan disitu. Yang penting kamu harus tetap semangat”. Mendengar kata – kata itu rasanya ingin menanggis padahal yang kecewa bukan hanya Mr tapi juga orang tua ku, yang menemaniku dari pendaftaran hingga pengumuman. Mr. Suharto guru jempolan bagi ku. Egh…balik kecerita. Kami berempat akhirnya mengahabiskan malam minggu kami di sebuah restoran cepat saji. Ngobrolin apa aja yang hingga waktunya sudah larut malam jam sepuluh malam, secara rumah ku dan Wahyuni jauh. Singkat cerita kami telah sampai di rumah Wahyuni dan aku pun pulang. Ini kisah sedihnya, di pertigaan jalan gang rumah ku. Aku berpapasan dengan pengendara motor lain. Dia perempuan dan wajahnya tertutup masker, namun matanya aku tau seperti pacar dari mantanku terdahulu. Ternyata tebakkan ku akurat, setelah ku berpapasan dengan wanita itu aku berpapasan denagn mantan yang sejujurnya belum ada kata putus dari mulut kami berdua. Rasanya sakit dan sedih melihat keadaan itu, jika aku lebih cepat mengendarai motorku mungkin aku akan melihat pemandangan yang lebih romantic lagi. Aku langsung tancap gas, dan sesampainya dirumah aku langsung curhat kepada sahabatku. Namun, entah karna aku panic atau aku bodoh aku mengirim pesan curhatan ku itu kepada orang lain. Jadi terlihat tolol dan kecewa adalah kejadian menyakitkan ku di malam minggu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar