Selasa, 09 April 2013

tugas softskill 2

METODE OPERASI RITEL 1. RITEL DALAM BENTUK TOKO Fungsi Retail Ritel merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukannya pnjualan langsung pada konsumen akhir. Dimana bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen akhir, Retailer berperan sebagai penghimpun barang, took retail sebagai sebaga temat rujukan. Ritail berperan sebagai penentu eksistensi barang dari manufacture di pasar konsumsi. KARAKTERISTIK DAN TIPOLOGI 1. Karakteristik • Small Enough Quantity (Partai kecil,dalam jumlah secukupnya untk dikonsumsi sendiri dalam periode tertentu) • Impulse buying (kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyak pilihan untuk konsumen) • Store Condition ( KOndisi lingkungan dan interior dalam toko) 2. Tipe Bisnis Retail Klasifikasi retail berdasarkan : Kepemilikan ( Owner ): • Single-Store Retailer (tipe yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m²) • Rantai Toko Retail (toko retail dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan) • Toko Waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba) Merchandise Category: • Specialty Store/ Toko Khas (Menjual satu jenis kategori barang yang relative sedikit/ sempit) • Grocery Store/ Toko Serba Ada (menjual barang groceries (sehari-hari)) • Departement Store (menjual sebagian besar bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek, dengan 80% pola konyinyasi) • Hyperstore(menjual barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas) Luas Sales Area : • Small Store/kiosk (kios kecil yang umumnya merupakan toko retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales kurang dari 100 m²) • Minimarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara 100-1000 m²) • Supermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara 1000-5000 m²) • Hypermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara lebih dari 5000 m²) Non-Store Retailer : • Multi-Level-Marketing (MLM) : Model penjualan barang secara langsung dengan system komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines • Mail & Phone Order Retailer ( Toko pesan antar ) : perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau telepon • Internet/ Online Store (e-Commerce) : Toko Retail di dunia maya yang mengadopsikan internet ke dalam bentuk online retailing 2. RITEL DALAM BENTUK BUKAN TOKO Untuk menemukan pola-pola bisnis ritel secara e-commerce ( Amir Hartman dalam bukunya “Net-Ready” (Hartman, 2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan E-Commerce sebagai “suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (B-to-B) maupun antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. ), tentu saja harus Mempelajari transformasi dari pola-pola penjualan retail secara fisik. Permasalahan inti dalam perdagangan retail mempunyai 4 elemen 1. Mendapatkan product yang tepat, 2. harga yang tepat, 3. waktu yang tepat 4. Tempat yang tepat Ada 4 pengacau dalam retail bisnis menurut Joseph L.Bower dan Clayton M Pengacau pertama datang dalam bentuk Departmen Stores. Kelebihan Department stores dibanding retail biasa adalah kecepatan perputaran barang dan mampu menampilkan jumlah product yang sangat banyak dalam 1 store mereka. Department Store rata memperoleh keuntungan 40 % setiap kali perputaran barangnya ( rata-rata 3 kali setahun),jadi mereka bisa memperoleh keuntngan 120 %/thn. Pengacau kedua adalah Toko pemberi diskon Hampir sama dengan Toko pemberi Diskon mereka bisa memberikan diskon s/d 23%/thn dan bisa sampai 5 kali perputaran / tahunnya. Bisnis retail melalui internet belum bisa diukur secara signifikan, tetapi Amazon.com mampu mendapat marjin 5%/tahun dengan perputaran barang sebanyak 25 kali / tahun, hampir sebanding dengan marjin dari bisnis retail secara fisik dengan Department stores dan Toko pemberi diskon. Toko pemberi diskon pada akhirnya akan melawan sesama toko pemberi diskon yang lain, karena toko retail biasa sudah bukan menjadi lawan mereka. Pengacau ketiga datang dalam bentuk Bisnis ritel dalam bentuk Katalog Sasarannya adalah konsumen yang berada di kedalaman pemukiman, ini juga yang disebut oleh “Richard sears” sebagai rumah perbekalan paling murah didunia , dan mengkompensasikan kekurangan pelayanan pribadi dengan jaminan uang kembali. Katalog adalah dasar dari toserba online yang ada saat ini. Pengacau Keempat dan terbesar yang sedang berlangsung saat ini adalah Online retail seperti yang dilakukan pelaku bisnis online karena sama mendasarnya dengan tiga kekacauan sebelumnya. Dari 3 pengacau sebelumnya Peretail Internet mampu mengemban 4 tugas besar semua pelaku retail sebelumnya, yaitu : Product, tempat, harga dan waktu. Poduct ? semua product bagus dan baik dapat ditampilkan disitu Tempat ? Web adalah toko yang sangat baik dan tidak ada satupun toko konvensional dapat menandinginya. Harga ? Online retail adalah surga bagi Konsumen karena penawaran yang sangat fleksibel tiada banding, dengan hanya marjin 5% saja Amazon.com dapat memutar barangnya sebanyak 25 Kali /tahun. Waktu ? Dengan Toko retail online berupa web, toko bisa buka 24 jam penuh 7 hari setiap waktu tanpa perlu ada yang menjaga, sehingga transaksi dapat dilakukan anytime , anywhere. Seiring waktu bisnis retail online mulai merubah strateginya dari generalis ( konsep department store ) ke Spesialis, yaitu dengan hanya menawarkan product2 tertentu, misalnya : sebuah web hanya menjual Buku ( online book stores ) dll. Akhir dari Resume ini adalah bahwa bisnis retail konvensional dengan retail internet tetap harus berhubungan, karena dalam kenyataannya bahwa seseorang yang membutuhkan sesuatu barang dengan cepat pasti akan menuju mobilnya tanpa menuju komputernya. 3. Ritel waralaba Selamat Datang Waralaba Ritel Point dari BannerStore. ini hanya salah satu alat bantu kami untuk memberikan penjelasan pada Anda peluang bisnis waralaba / franchise dari TIENSHI. Omset RITEL Indonesia data 2008 mencapai 70Trilyun rupiah. Kenapa tidak, kita bisa ikut andil menikmati omset tersebut di tahun 2009 dan seterusnya. Diprediksi tahun 2009 omset ritel Indonesia akan naik 5 - 10%. Tianshi Indonesia 8 tahun telah memiliki 8.000.000 distributor (baca: tenaga marketing). Kenapa tidak, kita bisa tambah penghasilan dengan memanfaatkan potensi tersebut melalui waralaba TIENSHI. Ya, terbuka untuk siapapun yang BUKAN distributor TIENS. Banner Point adalah SISTEM RITEL yang menyediakan jasa distribusi & administrasi dalam bentuk TANPA TOKO (non-store format) dengan basis konsumen PELANGGAN. Konsep utama Banner Point adalah pendistribusian elemen-elemen bisnis ritel (finansial, logistik, pemasaran, penjualan, dan pelayanan) lewat jaringan yang berkembang secara mandiri sehingga menghasilkan operasi ritel yang efisien dan efektif. Karena sifat alamiah jaringan, sistem terintegrasi ini SANGAT MUDAH DIKEMBANGKAN (highly scalable) – baik secara perluasan basis pelanggan maupun intensifikasi jumlah penjualan – dan dapat dikelola dengan mudah menggunakan sistem TEKNOLOGI INFORMASI terkini dan peran serta sistem pendukung (SUPPORT SYSTEM) yang mapan dan lengkap. Target konsumen Banner Point adalah konsumen pelanggan bukan konsumen pengunjung dimana calon pelanggan tetapnya sudah ada 8 juta (distributor tianshi) tersebar diseluruh indonesia ditambah lagi dari konsumen umum yang ingin memanfaatkan layanan dari Banner Point itu sendiri. Segera manfaatkan peluangnya dan bergabunglah bersama kami untuk meraih kesuksesan di bisnis ritel. Waralaba Peraturan Pemerintah Tentang Waralaba Tips memilih Waralaba yang Baik dan Menguntungkan Mungkin selama ini anda berfikir bahwa membeli sebuah franchise pasti selalu menguntungkan. Karena dalam sistem franchise atau waralaba, resiko sudah diminimalisir sedemikian hingga oleh pihak franchise (disebut franchisor). Pemikiran demikian memang ada benarnya, walau tidak selalu benar dalam praktek dan kenyataannya. Mengapa resiko kegagalan usaha membeli waralaba lebih kecil daripada membuka usaha sendiri? hal ini dikarenakan jika seorang memulai sebuah bisnis sendiri dengan metode “Trial and Eror“, kemungkinan gagalnya sangat besar, apalagi tidak ada rekan atau saudara yang membimbingnya dalam usaha yang baru dirintisnya tersebut. Sedangkan kalau membeli waralaba, resiko kegagalan dapat diperkecil, karena perusahaan pewaralaba (franchisor) sudah menyediakan segala sesuatunya untuk mendukung investor (terwaralaba/ franchisee), termasuk survey, metode marketing dan promosi, perizinan, bahan baku, manajemen, standar kerja/ SOP, desain interior dan lain sebagainya. Menurut John Naisbit dalam bukunya yang berjudul Megatrends, mengatakan bahwa waralaba adalah konsep marketing yang paling sukses dalam sejarah umat manusia. Menurutnya, di USA, setiap 8 menit, lahir satu oulet waralaba. Konsep waralaba ini kemudian merambah sampai ke Indonesia, dimana 10 tahun terakhir ini banyak bermunculan pebisnis yang menawarkan konsep waralaba kepada masyarakat (calon investor). Konsep baru ini menjadi topik hangat dikalangan dunia usaha dan media bisnis. Akibatnya, semakin banyak orang yang tertarik untuk menamkan uangnya dengan membeli waralaba atau sekedar lisensi bisnis atau paling tidak mengetahui lebih detail bagaimana sistem waralaba itu sebenarnya, hal ini dapat dilihat dari ‘laris manisnya‘ buku-buku yang mengupas masalah waralaba atau franchise dan tingginya minat pengunjung di acara pameran franchise. Namun yang perlu diketahui, bahwa ternyata tingkat kesuksesan waralaba di indonesia hanya mencapai 60% saja, sedangkan di negei asalnya, Amerika mencapai 90%. Selain itu, menurut Amir Karamoy, Ketua Waralaba dan Lisensi Indonesia yang juga pemilik Konsultan AK & Partners, menyatakan bahwa terjadi perbedaan tingkat kegagalan yang sangat mencolok antara waralaba lokal dibanding waralaba asing. Tingkat kegagalan waralaba lokal berkisar antara 50-60%, sedangkan tingkat kegagalan waralaba asing di Indonesia hanya berkisar 2% – 3 % saja. Mengapa waralaba lokal banyak yang berguguran? Kegagalan dalam sebuah bisnis waralaba bisa dari faktor franchisor-nya atau dari franchisee-nya (investor) atau faktor akumulasi dari kedua belah pihak. Untuk sisi franchisor, kadang karena bisnis yang dia tawarkan belum terbukti menguntungkan, tapi sudah berani menawarkan konsep waralaba kepada calon investor. Coba lihat di media cetak, banyak sekali iklan-iklan yang menawarkan konsep kerja sama dalam bentuk “waralaba”, padahal belum tentu bisnisnya sudah dapat dikatagorikan sebagai “waralaba/ franchise”, bisa jadi hanya sekedar dalam bentuk “Pola Kemitraan/ Business Opportunity (BO)” atau hanya sekedar penggunaan nama merek alias lisensi. Dari berita-berita yang beredar, ternyata memang banyak yang sukses dengan membeli franchise, artinya bisnis waralaba yang dibeli berjalan sesuai dengan harapan, dimana target penjualan sampai masa Break Event Point (BEP) dan sampai ROI (Return On Investment) alias “balik Modal” dapat terlampaui, dan akhirnya bisnis itu ibarat pohon uang, tinggal memetik keuntungan dari investasi awal. Namun, ternyata tidak sedikit juga para investor yang membeli waralaba mengalami kerugian ditengah usahanya. Memang berita-berita kerugian para terwaralaba ini jarang terpublikasi di media. Jika anda jeli, di koran-koran atau majalah, sudah sering seorang franchisee memasang iklan untuk menjual semua peralatan dan sistem waralabanya, dengan berbagai alasan. Kalau dipikir-pikir secara logika, sebuah bisnis itu ibarat pohon uang bagi si-empunya-nya (jika menguntungkan tentunya), jika sebuah bisnis di jual, pasti ada “kenapa-kenapa” sehingga dijual. Kemungkinan besar adalah usaha dengan sistem franchise yang dijual tersebut ternyata tidak menghasilkan keuntungan atau usaha franchise yang dibeli tersebut “tidak laris manis” dan tidak mencapai target penjualan, sehingga si franchisee “nombok” melulu dalam operasional bisnisnya. Contoh diatas, mungkin hanya salah satu, kita juga mungkin sering melihat sebuah gerai waralaba yang tutup, apakah yang berbisnis di bidang resto, salon, kedai burger, toko buku, laundry, ritel, hingga lembaga pendidikan, dari yang berskala besar hingga kecil, dari yang mampu bertahan dalam beberapa tahun hingga yang beroperasi hanya dalam hitungan bulan. Namun seperti bunyi pepatah, bisnis franchise ini patah tumbuh hilang berganti, selalu muncul franchisor dan franchisee baru. Beberapa faktor penyebab kegagalan waralaba yang paling utama adalah kegagalan meraih target penjualan yang memadai, hal ini biasanya karena tempat usaha yang kurang strategis. Faktor-faktor lainnya antara lain adalah kurangnya support dari penjual franchise kepada franchisee misalnya dalam dukungan promosi, manajemen dan lain-lain sehingga terkesan franchisee berjalan sendirian, dan ada juga yang mengatakan karena naiknya harga bahan baku dan inflasi yang berimbas pada lemahnya daya beli masyarakat secara umum. Selain itu, faktor yang tak kalah pentingnya adalah “mindset” franshisee/ pembeli waralaba yang berfikir bahwa membeli waralaba itu artinya tinggal terima untung saja dan “terlalu mengharapkan” franchisor yang bekerja, atau telalu berharap pada sistem yang bekerja. Padahal seharusnya franchisee itu juga ikut kerja keras memajukan garainya, dan mengawasi sistem apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak. Apalagi jika bisnis yang dimasuki adalah bisis makanan yang itemnya banyak dan sangat perlu diatur manajemen logistiknya, mengingat makanan hanya tahan beberapa hari sebelum rusak. Jadi jangan sampai terbuang percuma. Saat ini, yang paling ramai bisnis yang di-franchise-kan adalah dibidang bisnis makanan, maklumlah, karena makanan adalah merupakan kebutuhan paling pokok manusia, dan semua manusia perlu makan. Oleh karena itulah bermunculan franchise yang bergerak dibidang makanan ini, seperti yang berasal dari luar negeri antara lain : McDonnald, KFC, Dunkin Donuts, dan lain-lain. Sedangkan yang dari lokal antara lain : RedCrispy, Andrew Crepes, Bakmi Raos dan lain-lainnya. Selain franchise yang produknya berupa makanan, juga ada franchise yang produknya berupa non makanan dan jasa, misalnya dibidang pendidikan, pengantaran barang, salon, busana dan lain-lain. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membeli waralaba: - Apakah Waralaba memang pas untuk anda? setiap tahunnya semakin banyak orang yang bermimpi keluar dari rutinitas 8 pagi – 5 sore dan memiliki sebuah sistem bisnis sendiri (baik self employed atau business owner). Meski begitu namanya membangun bisnis bisa menjadi proses menakutkan. Membangun bisnis dapat dikatakan suatu hal yang memerlukan konsentrasi, fokus dan persistensi yang tinggi. - Waralaba sering dilihat sebagai bisnis yang lebih kecil risikonya. Waralaba memberikan peluang Anda membuka bisnis sendiri dengan dukungan dan back up dari perawalaba. Namun waralaba tidak selalu cocok bagi semua orang. - Apakah waralaba merupakan pilihan menarik bagi anda? Waralaba adalah sebuah pilihan yang menarik bagi pebisnis pemula, karena waralaba memungkinkan anda menanamkan uang dalam sebuah sistem yang sudah mapan, telah dicoba dan teruji, dan terbukti keberhasilannya. Namun bagi pebisnis yang sudah malang melintang di dunia wirausaha, mungkin tawaran waralaba sudah tidak begitu menarik lagi. - Waralaba bukan garansi sukses. Seperti disinggung di bagian atas, apalagi di Indonesia, tingkat kegagalan waralaba masih cukup tinggi, namun demikian sebagai investor waralaba anda akan mendapatkan bantuan dari pewaralaba. Meski demikian Anda tetap perlu memotivasi diri, memiliki gerak dan komitmen kerja keras untuk membangun bisnis yang sukses. Waralaba bukanlah garansi kesuksesan. Meskipun satu tingkatan keberhasilan sudah tercapai, diperlukan kerja keras agar bisa mempertahankan profitabilitas. - Jika anda memutuskan langsung terjun ke bisnis, persiapkan mental dengan matang, karena ada perbedaan suasana antara “ketidakpastian” di dunia bisnis dan ‘zona nyaman’ di dunia karyawan dengan gaji bulanan yang pasti dan rutin. - Macam-macam tingkat investasi di dunia waralaba bermacam-macam. Sesuaikan pilihan dengan kemampuan keuangan anda, jangan melebihi kemampuan. Biasanya franchisor akan memberikan informasi seputar kinerja franchisee lainnya sebagai gambaran. Namun, tentu saja ini bukan garansi bagi kesuksesan. Anda perlu meneliti sendiri bisnis yang potensial di sekitar Anda dan bila perlu mencari bantuan profesional dalam membuat proyeksi keuangan. Kalau bisa bicaralah dengan franchisee lain yang membeli waralaba tersebut, bagaimana sistemnya, supportnya, proyeksi keuangannya, potensinya, dll. Beberapa pertimbangan dalam memilih / membeli franchise atau waralaba antara lain: 1. Apakah merek-nya sudah terkenal dan memiliki image positif di pasar. Karena, membeli franchise bukan hanya sekedar membeli sistem, tetapi merek. Seandainya mereknya belum terkenal, sulit bagi kita untuk memperoleh omzet maksimal karena pasar belum aware terhadap merek franchise tersebut. Selain merek, juga produk dan sistem. Apakah produknya “mumpuni“, kalau produknya berupa makanan, apakah enak, apakah unik, apakah mudah dibuat atau tidak, apakah ada resep rahasia sehingga sulit di tiru pesaing. 2. Siapa di belakang layar. Nah ini juga perlu kita cari tahu, siapa pengembang dibalik nama franchise yang di jual tersbut. Hal ini ibarat kita membeli rumah/ apartemen, tentu kita juga harus melihat kredibilitas pengembang perumahan yang dijual. demikian juga dengan membeli waralaba, jika perlu juga cari informasi tentang pemilik/ pengembang franchise tersebut. Apakah franchisor yang kita minati merupakan perusahaan yang sukses dan kuat, Franchisor wajib memberikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada calon pembeli hak waralabanya. Laporan tersebut dapat membrikan informasi keadaan keuangan perusahaan tersebut untuk periode 3 tahun. 3. Tempat. Tempat usaha yang kita pilih mutlak harus staretegis, ramai dan mudah diakses dari mana saja, tempat parkir harus luas. JIka anda melihat tempat usaha McDonnald, kebanyakan berada di tempat yang paling strategis, di belahan dunia manapun, diperempatan jalan, pokoknya tempatnya paling strategis. Maknya tak salah jika ada yang mengatakan bahwa bisnis mereka bukan burger, tetapi properti. 4. Lakukan riset secara umum tentang waralaba yang di incar. Pastikan anda melihat peluang di bidang bisnis yang akan dijalankan. Cari tahu sebanyak mungkin informasi tentang waralaba yang diminati. Misalnya mencari tahu bagaimana tingkat penjualan, sistem support, kelemahan dan kelebihan waralaba tersebut dari franchisee lain yang sudah terlebih dahulu membeli dan menjalankan waralaba tersebut. pastikan waralaba tersebut memiliki bimbingan berkelanjutan dalam pengelolaan merek, pengawasan mutu, manajemen kepegawaian, bimbingan administrasi dan petunjuk teknis lainnya. Seringlah hadir dalam seminar dan pameran franchise untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dan perbandingan terbaik. 5. Pilihlah waralaba yang sesuai dengan hasrat dan minat anda, dan anda yakin waralaba tersebut akan menguntungkan dalam jangka panjang. Hindari memilih waralaba karena faktor “trend” semata-mata. 6. Pilihlah waralaba yang sesuai dengan modal anda. Beberapa bisnis waralaba ada yang mengalami kegagalan ditengah jalan karena kekurangan modal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan peluang keberhasilan, lebih baik untuk memiliki modal labih dari yang disyaratkan franchisor. Disarankan untuk memiliki cadangan dana untuk modal kerja 6 bulan sampai 1 tahun ke depan. 7. Mungkin anda perlu meminta nasihat dari profesional (konsultan waralaba) untuk mendampingi anda. BAB 6 1. PASAR POTENSIAL RITEL Sebuah industri ritel melihat potensi pasarnya, atau bisa juga hal ini dijadikan cara mencari lokasi untuk industri ritel dan faktor-faktor apa saja yg menjadi tolak ukur dari pemain ritel. Ada delapan faktor utama yg perlu kita lihat dan pelajari dengan baik. Kita langsung pada potensi-potensi pasar yang harus kita perhatikan. POPULATION CHARACTERISTICS. Populasi karakter ini adalah hal yang terpenting, yang harus dilihat sebagai langkah potensi pasar pertama. Lihat secara detail dari populasi yang ada di area tersebut, baik dalam jumlah perkembangan penduduk, fasilitas yang mendukung industri ritel itu, baik dalam industri sektor lain tapi yang mempunyai multiplier effect dengan usaha ritel kita, seperti industri jasa ataupun industri sosial faktor di daerah itu, seperti rumah sakit, sekolah dll. Populasi karakter harus melihat dengan detail, baik dimulai dari segi manusianya, umurnya, latar belakang edukasi mereka, pekerjaan, ras, suku dan juga perkembangan pasar industri yang ada. Sering sekali survei hanya melihat dari data perkembangan jumlah penduduk atau kepadatan penduduknya, tapi bukan dari karakter populasi yang terjadi, ini jauh berbeda. Perkembangan jumlah penduduk hanya perkembangan asumsi potensi jumlah customer saja tetapi populasi karakter kita melihat dari semua sudut pandang yang menjadikan sebuah karakter yg menjadi ukuran kekuatan potensi pasar yang ada. BUYER BEHAVIOR CHARACTERISTICS. Hal lain yang sangat menjadikan sebuah potensi pasar dalam menganalisa pasar yang ada adalah langkah kita melihat dan mengenal kelakuan (behavior) karakter dari PEMBELI pasar tersebut. Ritel adalah ujung tombak bagi marketer dalam memasarkan produknya. Semakin kuatnya pengaruh ritel di konsumen membuat ketergantungan marketer terhadap peritel juga semakin besar. Namun demikian masih banyak peritel yang lebih bermental pedagang. Hanya menjadi perantara yang mengambil marjin setinggi-tingginya. Padahal banyak sekali aspek marketing yang bisa dijalankan supaya hubungan antara marketer dengan konsumen (lewat ritel) bisa berjalan harmonis. Dari sisi konsumen, pada jaman sekarang ritel bukan sekedar toko. Ada keterlibatan emosional yang harus dibangun dengan pelanggan. Ada unsur kepuasan yag harus dijaga terus menerus. Ada brand experience yang harus dirasakan oleh konsumen. Itulah sebabnya peritel pada masa sekarang ini juga harus memiliki strategi marketing yang jitu. 2. Memulai Bisnis Ritel Memulai bisnis bagi kebanyakan orang bukanlah hal yang mudah. Hal yang klasik, banyak pertimbangan di sana sini sehingga tak jarang membuat orang urung memulai bisnis. Semestinya memulai bisnis tidak menjadi salah satu sumber ketakutan bagi setiap orang. Untuk menghilangkan ketakutan dalam memulai bisnis, seseorang bisa membuat persiapan bisnis yang matang sehingga dapat menjalaninya dengan optimistis. Salah satu seminar Gerald Abraham salah seorang penasehat bisnis pada sebuah firma hukum, juga pemilik dan direktur sebuah konsultan keuangan di tahun 2006, berisi tentang menjadi sukses dengan memahami 9 aspek penting sebelum memulai usaha. 1. Memahami konsep produk atau jasa secara baik Sebelum memulai suatu usaha maka hal yang terpenting adalah pemahaman kita akan konsep produk atau jasa yang akan menjadi bisnis inti. Kita perlu memahami bukan hanya secara teknis produksi tetapi juga pasar dan prospek mulai daripada lingkungan yang terkecil kepada lingkungan yang terbesar. Dalam topik ini dibahas secara menyeluruh aspek-aspek yang penting dalam melakukan analisa atas kelayakan dan prospek produk termasuk produk-produk yang sama sekali baru dengan melihat sisi human behavior, kebutuhan pasar dan lainnya. 2. Membuat visi dan misi bisnis Setiap orang yang mau memulai bisnis harus mengetahui visi dan misi yang akan menjadi panduan seseorang untuk tetap fokus kepada tujuan bisnis dan organisasi yang awal. Seringkali suatu usaha pada saat mulai berkembang pada tahap berikutnya mengalami kegagalan karena organisasi tersebut tidak memfokuskan diri kepada peningkatan kemajuan bisnis awal tetapi terlalu banyak mencoba mengembangkan bidang usaha lain yang baru. 3. Perlunya winning, positive dan learning attitude untuk menjadi sukses Sikap mental merupakan kunci keberhasilan atas usaha anda selain daripada pemahaman usaha anda. there is no over night success sesuatu yang harus dicamkan daripada setiap calon “entrepreneur” karena dibutuhkan waktu, sikap tidak menyerah, proses belajar secara kesinambunga, dan melihat permasalahan secara positif yang tidak membuat anda menjadi patah semangat namun melihat setiap peluang dan belajar atas setiap kegagalan.Anda akan belajar untuk mengembangkan sikap-sikap diatas untuk menjadi “bisnis entrepreneur” yang sukses .4. Membuat perencanaan dan strategi bisnis yang efektif akan menghindari usaha daripada risiko bisnis dan Secara statistik hampir seluruh kegagalan bisnis kecil dan menengah disebabkan karena tidak adanya atau kurang efektifnya perencanaan bisnis yang anda buat. Asumsi-asumsi seperti kapasitas produksi, tingkat utilisasi produksi, proyeksi kenaikan harga dan biaya dan aspek lainnya dalam perencanaan bisnis haruslah menggambarkan secara akurat realitas pasar atau praktek yang ada dalam suatu industri. Sistematika perhitungan dan proyeksi pendapatan dan biaya harus dibuat secara tepat sehingga membantu setiap calon pengusaha untuk menghitung secara akurat kebutuhan modal investasi dan modal kerja termasuk struktur biaya untuk persiapan awal, tahap percobaan, produksi secara komersial, inventori, distribusi, pemasaran, administrasi, sumber daya manusia dan juga komponen pendapatan usaha yang terdiri dari pendapatan inti dan tambahan. Pemahaman yang baik atas hal ini juga akan membantu calon entrepreneur untuk dapat mengindentifikasi potensi resiko bisnis, manajemen dan keuangan dan membuat langkah-langkah pengendalian untuk dapat menghindari setiap resiko tersebut. 5. Pengetahuan dasar manajemen, organisasi dan sistem akan menghindari usaha dar I pada risiko manajemen. Setiap usaha dari yang paling kecil sekalipun membutuhkan manajemen yang baik untuk memastikan proses pemasaran, produksi, distribusi dan penjualan berlangsung dengan baik. Sistem manajemen yang buruk akan mengakibatkan adanya biaya yang tidak perlu seperti bahan baku yang terbuang, pekerja yang tidak produktif karena pengawasan yang tidak efektif dan deskripsi pekerjaan yang tidak jelas, koordinasi dan komunikasi antar pegawai yang tidak efektif sehingga banyak keputusan yang terlambat, perekrutan pegawai yang tidak efektif sehingga banyak pegawai yang keluar masuk dan membuang banyak waktu dan biaya, pelatihan yang tidak baik sehingga produktivitas pegawai yang rendah dan masih banyak lagi permasalahan organisasi. Dalam topik ini kami akan memberikan pengetahuan dasar dan aspek-aspek yang sangat penting yang harus dipelajari oleh calon bisnis entrepreneur untuk menghindari resiko manajemen yang dapat menyebabkan kegagalan usaha. 6. Optimalisasi sumber daya manusia maka 50% usaha Anda sudah berhasil. Sumber Daya Manusia atau SDM merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha yang sangat penting. Banyak pakar yang menyadari bahwasanya untuk memulai usaha seringkali apabila kita merekrut pegawai yang tepat dan berpotensi sangat baik dapat menutup kelemahan manajemen, organisasi dan sistim dalam jangka pendek. Dengan SDM yang tepat maka kita sudah setengah jalan untuk menjadi sukses. Topik ini akan membantu kita untuk memahami kriteria pegawai yang baik dan sesuai dengan kebutuhan usaha, manajemen SDM secara umum termasuk sistim penilaian kinerja pegawai sehingga setiap pegawai akan merasa puas dan juga bagaimana memotivasi pegawai baik secara psikologi umum maupun dengan sistim insentif untuk mengoptimalkan kinerja pegawai. Eksistensi Bisnis Ritel Keberadaan pasar modern memberikan banyak pilihan bagi konsumen dalam menentukan lokasi berbelanja. Apalagi belakangan ini jumlahnya juga semakin banyak. Namun, bagi pebisnis pasar tradisional, tentu memiliki arti lain. Ketatnya persaingan bisnis ritel mendorong para pengusaha untuk melakukan terobosan dalam strategi berdagang, baik menyangkut kemasan toko, pelayanan, hingga soal harga produk. Hal ini tentunya akan memberi keuntungan lain bagi para calon pembeli. Singkat kata,dalam urusan berbelanja,kondisi ini benar-benar memanjakan para konsumen. Konsumen juga memegang kendali dalam menentukan hidup matinya sebuah toko modern, bahkan berpengaruh dalam pertumbuhan pasar modern. Bagi pebisnis ritel, karakter masyarakat akan menjadi pertimbangan dalam mengembangkan usahanya. Executive Director dari Retail Measurement Services Nielsen,Teguh Yunanto menuturkan, peritel akan melihat populasi penduduk sebagai salah satu pertimbangan dalam membuka toko. Ritel modern mencakup hal yaitu pendekatan manajemen kategori dan manajemen rantai pasokan. Dalam konteks ini, manajemen kategori dapat dipahami sebagai suatu pendekatan cara penanganan barang pada tingkat kategori melalui klasifikasi yang terstruktur dan sistematis pada bauran produk. Sumber: http://dwipo-kewirausahaan1.blogspot.com/2012/07/tugas-softskill-manajemen-ritel-bisnis.html