TUGAS 13
Matakuliah : Kewirausahaan
Materi : peran pendidikan dalam pembentukan
wirausahawan
Dosen : Bapak Herry Susanto
Kutipan :
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI 2010/2011
JURUSAN MANAJEMEN PEMASARAN
Pendahuluan
- Latar
Belakang Masalah
Mengulas aspek tentang kewirausahaan.
- Tujuan
Penulisan
Memaparkan secara detail
tentang peran pendidikan dalam pembentukan
wirausahawan.
- Metode
Penelitian
Jenis-Jenis
Metode Penelitian :
Studi Pustaka : Semua bahan
diperoleh dari buku-buku atau jurnal dan media internet.
BAB Il ISI.................. .....................................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
-
kesimpulan
Isi.
Apa peran
pendidikan dalam pembentukan wirausahawan?
Peran Pendidikan Dalam Pembentukan Wirausahawan
Bagaimana
peran pendidikan dalam proses pembentukan keentrepreneuran / kewirausahaan?
Masih ada perdebatan mengenai masalah ini. Meskipun seorang entrepreneur
belajar dari lingkungannya dalam memahami dunia entrepreneurship / wirausaha,
namun ada pendapat yang menyatakan bahwa seorang entrepreneur/wirausahawan
lebih memiliki streetsmart daripada booksmart. Maksudnya adalah seorang entrepreneur
lebih mengutamakan untuk belajar dari pengalaman (streetsmart) dibandingkan
belajar dari buku dan pendidikan formal (booksmart). Pandangan ini masih perlu
dibuktikan kebenarannya. Jika pendapat tersebut benar maka secara tidak
langsung usaha-usaha yang dilakukan untuk mendorong lahirnya jiwa
ke-entrepreneur-an / kewirausahaan lewat jalur pendidikan formal pada akhirnya
sukar berhasil.
Terhadap pandangan di atas, Churcill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini. Menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan seorang entrepreneur. Bahkan dia mengatakan bahwa kegagalan pertama bagi seorang entrepreneur adalah karena dia lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun disini Churcill juga tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seorang entrepreneur, baginya sumber kegagalan kedua adalah jika seorang entrepreneur hanya bermodalkan pendidikan tetapi miskin pengalaman lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan seorang entrepreneur/wirausahawan.
“…the most likely entrepreneurs to fail would be those experience but not education. The 2nd most likely entrepreneurs to fail would be those education but no experience. Conversely, those entrepreneurs who had both experience and education would be associated with the most profitable business enterprises. This makes education issues an important one…”
Menurut Eels (1984) dan Mas’oed (1984), dibandingkan dengan tenaga lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar untuk berhasil untuk menjadi seorang entrepreneur karena memilki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang luas. Seorang sarjana juga juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan manajemen dan keteknikan yang memadai mutlak diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yang lengkap.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang entrepreneur / wirausahawan yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan serta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh entrepreneur sebagai sarana mencapai tujuan. Adapun pendidikan disini berarti pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori sebagai landasan berpikir
Terhadap pandangan di atas, Churcill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini. Menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan seorang entrepreneur. Bahkan dia mengatakan bahwa kegagalan pertama bagi seorang entrepreneur adalah karena dia lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun disini Churcill juga tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seorang entrepreneur, baginya sumber kegagalan kedua adalah jika seorang entrepreneur hanya bermodalkan pendidikan tetapi miskin pengalaman lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan seorang entrepreneur/wirausahawan.
“…the most likely entrepreneurs to fail would be those experience but not education. The 2nd most likely entrepreneurs to fail would be those education but no experience. Conversely, those entrepreneurs who had both experience and education would be associated with the most profitable business enterprises. This makes education issues an important one…”
Menurut Eels (1984) dan Mas’oed (1984), dibandingkan dengan tenaga lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar untuk berhasil untuk menjadi seorang entrepreneur karena memilki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang luas. Seorang sarjana juga juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan manajemen dan keteknikan yang memadai mutlak diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yang lengkap.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang entrepreneur / wirausahawan yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan serta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh entrepreneur sebagai sarana mencapai tujuan. Adapun pendidikan disini berarti pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori sebagai landasan berpikir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar